SEDIH
oleh : Dodik
Sedih
adalah hilangnya kebahagiaan dan dirundung duka,
disebabkan kehilangan sesuatu atau gagal
mendapatkan sesuatu. Sedih didalamnya terdapat unsur
tidak ingat nikmat dan tertahan pada ikatan watak.
Sedih
adalah satu penyakit hati yang akan senantiasa
menyelimutinya hingga sang pemilik menjadi terhalang
untuk bangkit, berjalan dan giat beraktivitas. Bahkan
sedih termasuk dari bencana yang kita dituntut untuk
memohon kepada Allah agar Dia mengusir dan
menghapus dari hati kita.
Sedih
memiliki pengaruh yang sangat berbahaya bagi jiwa
manusia, karena ia akan melemahkan cita-cita dan iradah
(kehendak).
Hal
itu dikarenakan bahwa iradah adalah bagian dari amal
hati, sedang sedih berpengaruh bagi kelemahan hati dan
kelumpuhannya hingga tak mampu lagi untuk beraktifitas
dan berjalan. Ibnu Qayyim mengatkan:"sedih akan
melemahkan hati dan melumpuhkan semangat dan iradah (keinginan)".
Sedih
adalah rintangan dan ranjau perjalanan. Sedih tidak
termasuk cabang iman. Oleh karena itu, Allah Ta'ala
tidak memerintahkan kepadanya dan tidak memuji karenanya
dalam satu ayat pun di dalam Al-Qur'an. Malah Allah
Ta'ala memberi pahala dan imbalan karenanya bila
meninggalkan, serta melarang daripadanya. Sebagai mana
firman Allah Ta'ala :
"Janganlah
kalian bersikap lemah dan jangan pula bersedih hati,
padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya)
, jika kalian orang-orang beriman. "(Ali Imran:
139).
Allah
Ta'ala berfirman,
"Pada
waktu ia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu
sedih, sesungguhnya Allah beserta kita."(At-Taubah:
40).
Jadi,
sedih adalah malapetaka. Kita berdo'a kepada Allah
Ta'ala agar dia menolaknya dan mengusirnya dari kita
semua. Karena posisi sedih seperti itu, maka para
penghuni surga berkata,
"Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari
diri kami." (Fathir: 34).
Mereka
memanjatkan pujian kepada Allah Ta'ala, karena Dia telah
menghilangkan musibah sedih dari mereka dan
menyelamatkan mereka daripadanya. Dalam hadist shahih,
dijelaskan bhwa di antara salah satu do'a yang kerap
kali diucapkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
adalah do'a berikut :
"Ya
Allah, aku berlindung diri kepada-Mu dari kegalauan dan
kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sikap pengecut dan
pelit, beban hutang dan paksaan orang lain." (Diriwayatkan
Bukhari dan Muslim).
Pada
hadist di atas, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Salam
berlindung diri dari delapan hal dan masing-masing dari
kedelapan hal tersebut dipasangkan dengan pasangan yang
serasi dengannya. Galau adalah pasangan sedih di mana
kedua-duanya merupakan rasa sakit di dalam hati.
Jika
rasa sakit akibat sesuatu yang telah terjadi pada masa
mendatang, maka namanya galau. Rasa sakit yang
diakibatkan kehilangan sesuatu pada masa silam membuat
orang sedih, sedang rasa sakit akibat ketakutan akan
masa mendatang, membuat orang galau. Kelemahan adalah
pasangan kemalasan.
Masing-masing
kata mengandung arti tidak mendapatkan kemaslahatan.
Jika disebabkan karena tidak adanya kekuatan untuk
mendapatkannya, maka namanya kelemahan dan jika tidak
disebabkan karena tidak adanya keinginan, maka namanya
kemalasan. Pengecut adalah pasangan pelit.
Sesungguhnyan
perbuatan baik itu membahagiakan hati, melapangkan dada,
mendatangkan kenikmatan dan mengusir malapetaka. Sedang
meninggalkan perbuatan baik dalam arti tidak
melakukannya membuat hati dzalim, sempit dan
menghalang-halangi datangnya kenikmatan kepadanya.
Pengecut
adalah meninggalkan perbuatan baik dengan tuibuhnya,
sedang pelit adalah meninggalkan kebaikan dengan harta.
Beban hutang adalah pasangan paksaan orang lain. Beban
dan paksan yang meninmpa seseorang yang terjadi karena
dirinya sendiri atau karena orang lain atau dengan
bahasa lain bahwa beban dan paksaan itu terjadi karena
kebenaran atau kebatilan dari orang lain.
Pada
hadist di atas, Rasulullah shalallahu Alaihi wa Sallam
memasukkan unsur sedih ke dalam sekian banyak yang
beliau minta dijauhkan daripadanya. Sebab sedih
melemahkan hati dan tekat, serta merusak keinginan.
Tidak ada sesuatu yang paling disukai syetan kecuali
sedih yang dialami orang mukmin. Allah Ta'ala berfirman:
"Sesungguhnya
pembicaraan rahasia itu adalah dari syetan, supaya
orang-orang beriman bersedih hati." (Al-Mujadilah:
10).
Ibnu
Qayyim tidak hanya mengupas sisi negatif dari kesedihan
tetapi beliau juga mengupas sisi positifnya. Sedih yang
berdampak positif adalah kesedihan orang mukmin. Karena
kesedihan orang mukmin itu terjadi disebabkan
malas-malasan dalam beribadah kepada Allah, karena
sedikit atau karena terjatuh ke jurang kemaksiatan dan
menentang perintah-Nya.
Seorang mukmin akan bersedih karena sedikit dalam
berkhidmat dan beribadah kepada-Nya, atau karena
kedurhakaannya dengan selalu menentang perintah-Nya dan
bermaksiat kepada-Nya serta melewatkan waktu dan
hari-harinya dengan sia-ssia.
Obat
Kesedihan.
Jika
sedih adalah salah satu penyakit dan rintangan bagi hati,
maka sudah tentu ada obatnya. Dan obat kesedihan menurut
Ibnu Qayyim adalah :
Tidak
menyerah terhadap kesedihan, sehingga kesedihan tersebut
tidak mampu menguasainya apalagi melumpuhkannya dari
beramal. Beliau berkata, "Apapun tingkatan
kesedihan itu hendaklah seseorang berada di jalan Allah
Ta'ala dan orang-orang yang cerdik ialah yang tidak
membiarkan kesedihannya menguasai dirinya apal;agi
melumpuhkannya."
Mencari
jalan keluar dari jerat kesedihannya.
Kembali
kepada Allah seraya memohon kepasa-Nya agar dijauhkan
dari kesedihan dan gundah gulana, seperti dalam do'a
Nabi:"Ya Allah, aku berlindung diri kepada-Mu dari
kegalauan dan kesedihan, kelemahan dan kemalasan, sikap
pengecut dan pelit, beban hutang dan paksaan orang
lain." (Diriwayatkan Bukhari dan Muslim).
Menanamkan
Ma'rifatullah dan kasih sayang Allah kepada
hamba-hambaNya ke dalam hati.
Seperti dalam firman Allah :"Janganlah kamu sedih,
sesungguhnya Allah beserta kita."(At-Taubah: 40)
Ibnu Qayyim membagi jiwa manusia, ketika terjadi sesuatu
yang tidak mengenakkan dan menyakitkannya kepada dua
bagian.
Beliau
berkata, "Ketika terjadi sesuatu yang tidak
mengenakkan jiwa, maka jiwa manusia terbagi kepada dua
keadaan, jika ia jiwa yang kerdil, maka ia akan sibuk
memikirkannya dan bukan memikirkan sebab-sebab yang bisa
mengeluarkannya dari kungkungan hal yang membuatnya
tidak enak.
Akibatnya
ia akan senantiasa dirundung kesedihan. Sebaliknya orang
yang berjiwa besar dan mulia, ia tidak begitu
memikirkan hal-hal yang tidak mengenakkannya bagi
dirinya. Jika ia mengetahui ada jalan keluar, maka ia
menganalisa jalan tersebut dan sebab-sebabnya.
Namun
jika ia mengetahui tidak ada jalan keluar di dalamnya,
maka ia berfikir untuk beribadah kepada Alllah di
dalamnya. Dan yang itu menjadi penawar kesedihan. Apa
pun alasannya sedih itu tidak ada manfaatnya bagi
dirinya.
Wallahu
Alam bishawab.
Maraji'
:
Manhaj
Tarbiyah Ibnul Qayyim (Dr. Hasan bin Ali Hasan Al Hijazi)
Hijran Paripurna Menuju Allah dan Rasulnya (Ibnul Qayyim
Al jauziyah
|